Rabu, 15 September 2010

Guru & Pengembangan Kurikulum


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Pengembangan Kurikulum
Kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rencana mencapai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian kurikulum terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuens berbagai kegiatan belajar).
Konsekuensi lebih jauh dari keharusan penggunaan dasar teoritis untuk pengembangan kurikulum adalah pembelajaran (instruction). Pembelajaran adalah proses mengajar, yaitu menyiapkan lingkungan mengajar agar siswa dapat berintraksi dengan orang, benda, tempat, dan ide melalui penyampaian kurikulum. Berkaitan dengan hal tersebut itu, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan yang kompleks, mulai dari penilaian kebutuhan, identifikasi hasil-hasil belajar yang diharapkan, serta persiapan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan budaya, social, dan personal.

2.2 Cara Menggunakan Kurikulum
Uraian tentang cara menggunakan kurikulum disini adalah bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Cara menggunakan kurikulum berkenaan dengan proses mencapai tujuan. Sedangkan proses itu sendiri berkaitan dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasi. Organisasi kurikulum merupakan suatu cara menyusun bahan-bahan atau pengalaman belajar yang ingin dicapai. Setiap bentuk organisasi mewarnai jenis, bahan, urutan serta cara mempelajari.
               
Oleh sebab itu bentuk kurikulum dan organisasinya menekankan pada aspek tertentu, maka proses belajar untuk mempelajari bahan berbeda. Pembahasan tentang cara menggunakan kurikulum didasarkan pada organisasi kurikulum.
Kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler :
1. Berkesinambungan
Kesinambungan menunjukkan kepada pengulangan kembali unsur utama kurikulum    secara vertikal.
2. Urutan bahan
Urutan mempunyai hubungan dengan kesinambungan dengan kriteria ini dimaksudkan bahwa isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan  pelajaran sesuai      tingkat kedalaman/keluasan yang dimiliki.
3. Keterpaduan bahan
Keterpaduan menunjukkan hubungan horizontal pengalaman belajar yang menjadi isi   kurikulum organisasi. Pengalaman belajar dapat membantu siswa memperoleh                      pengalaman itu dalam satu kesatuan.
Contoh : menghitung Matermatika dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPA, IPA, dan  lain-lain. Jadi pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang diperoleh dapat diterapkan dalam bebragai bidang.
2.3 Tujuan Pengembangan Kurikulum
            Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapaiannya relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dalam jangka pendek.
            Aspek tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun objectives, memainkan peranan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya kependidikan sekolah atau unit organisasi lainnya, sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Berbagai kegiatan lain dalam pengembangan kurikulum, seperti penentuan ruang lingkup, sekuensi dan criteria seleksi konten, tidak akan efektif jika tidak berdasarkan tujuan yang signifikan. Tujuan pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.
            Secara lebih lanjut, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan spesifik (objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, dan evaluasi untuk mendapatkan balikan (feedback). Sebagai contoh menurut komite tujuan umum (goals), yaitu keterampilan dasar (basic skills), konseptualisasi diri, pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah terkumpul untuk menginterprestasi dunia (lingkungan kehidupan), belajar berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi, produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggung jawab, kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).
            Setiap tujuan masih yang bersifat umum diats harus diuraikan lagi menjadi beberapa subtujuan (subgoals) yang lebih oprasional. Misalnya, tujuan pengembangan keterampilan dasar diuraikan menjadi :
·         Mendapatkan informasi dan pengertian melalui kegiatan mengamati, mendengar, dan membaca.
·         Mengolah informasi dan pengertian yang diperoleh melalui keterampilan berfikir reflektif.
·         Berbagai informasi dan mengekspresikan pengertian melalui kegiatan percakapan, menulis, dan alat-alat nonverbal, dan
·         Memanipulasi lambing dan menggunakan pikiran matematis, dan sebagainya.
Hal yang penting dicermati dalam pengembangan kurikulum ini dalah adanya hubungan, kaitan, dan saling mendukung antara tujuan yang satu dengan yang lainnya.
2.4 Guru Sebagai Pendidik Profesional
            Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah hakikat pendidikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik professional.
            Sebagai pendidik professional guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan professional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu :
1.      Memiliki fungsi dan signifikansi social.
2.      Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.
3.      Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4.      Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
5.      Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
6.      Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional.
7.      Memiliki kode etik.
8.      Kebebsan untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya.
9.      Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi.
10.  Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu :
1. Kemampuan professional, yang mencakup :
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar
        keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.
b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
2. Kemampuan social, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan
    lingkungan sekitar.
3. Kemampuan personal yang mencakup :
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
    terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dimiliki   
    guru.
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para
    siswanya.
            Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu:
1.   Penuasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.
2.   Pengelolaan program belajar mengajar.
3.   Pengelolaan kelas.
4.   Penggunaan media dan sumber pembelajaran.
5.   Penguasaan landasn-landasn kependidikan.
6.   Pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
7.   Penilaian prestasi siswa.
8.   Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9.   Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.
10.     Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Perbuatan mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabdian pada nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk melahirkan generasi pembangunan, atau generasi penerus yang lebih andal, dan sebagainya. Kalaunperbuatan mendidik hanya didorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guru-guru hanya akan bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis dan formalitas.Idealisme seharusnya dimiliki oleh setiap profesi, karyawan, bahkan setiap orang. Idealisme dalam perbuatan mendidik akan menumbuhkan rasa cinta pada guru terhadap profesinya, terhadap pekerjaan pendidikan, terhadap para siswanya, dan sebagainya.

2.5 Guru Sebagai Pembimbing Belajar
            Kurikulum dapat dibedakan antara official atau written curriculum dengan actual curriculum. Official atau written curriculum merupakan kurikulum resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan pengajaran dalam kelas Actual curriculum merupakan kurikulum nyata yang dilaksanakan oleh guru-guru. Kurikulum nyata merupakan implementasi dari official curriculum didalam kelas. Beberapa ahli menyatakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian guru memegang peranan penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.
            Pada keempat konsep pendidikan yang telah diuraikan dimuka terdapat perbedaan peranan atau kedudukan guru. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong, dan pembimbing. Dalam praktik pendidikan disekolah, jarang sekali digunakan satu konsep pendidikan secara utuh. Pada umumnya pelaksanaan pendidikan bersifat elektik, mungkin mencampur dua, tiga bahkan mungkin keempat-empatnya.
            Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar atau pada suatu waktu tertentu mungkin salah satu peranan lebih menonjol dari yang lainnya. Keempat ragam peraan tersebut sesungguhnya dapat ditempatkan dalam satu kontinum, seperti pada bagan.

Ragam peranan guru dalam proses belajar mengajar
PENYAMPAIAN PENGETAHUAN
PELATIH KEMAMPUAN
MITRA BELAJAR
PENGARAH PEMBIMBING

            Pada pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak melihat keempat peranan tersebut terletak dalam kontinum. Mereka melihatnya sebagai dua ekstrem. Pada satu ujung guru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatihdalam arti drilling, dan pada ujung lain peran guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong, fasilitator, dan sebagainya. Praktik pendidikan yang memberikan peranan kepada guru hanya sebagai penyampaian ilmu atau pelatih dianggap model lama, sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing dipandang model baru.
            Sebenarnya semua konsep pendidikan itu baik atau memiliki kebaikan-kebaikan tertentu, di samping kendala-kendala tertentu pula. Dalam praktik yang lebih penting adalah mempertimbangkan, konsep pendidikan mana yang paling tepat untuk mencapai tujuan tertentu bagi kelompok peserta didik tertentu, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dalam waktu dan kondisi tertentu pula.
            Meskipun demikian ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa. Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan ini terjadi karena guru memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya perlakuan yang diberikan guru akan menentukan usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Upaya gur memberikan perlakuan tersebut erat kaitannya dengan tingkat harapan dan perubahan yang diinginkan. Tujuan lainnya adalah mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu, guru dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa.
            Untuk mencapai kedua tujuan diatas, diperlukan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru perlu menyenangi siswanya, bersikap menerima, mengerti, dan membantu. Sebaliknya siswa juga harus menerima, menyenangi, dan menghormati gurunya. Kesukaan dan sikap positif siswa kepada guru, akan meningkatkan hasil belajar mereka. Antara siswa dan guru perlu terjalin kerjasama yang baik dalam belajar. Disamping itu guru harus memberikan kesempatan, dan menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong siswa memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi. Kesempatan belajar yang diciptakan guru adalah agar merangsang siswa belajar berfikir, melakukan peranan, jadi memungkinkan siswa untuk belajar sendiri.
            Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh.
1.      Mengdiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainys, kemampuan-kemampunnya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya.
2.      Memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Salah satu pembelajaran yang efektif adalah menggunakan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi,”pendekatan multi metode-multi media”. Dengan menggunakan metode dan media yang bervariasi, perbedaan-perbedaan individual dapat terlayani, disamping pembelajaran menjadi lebih menarik, karena sering terjadi pergantian kegiatan.
3.      Kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan penggunaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau di luar kegiatan pembelajaran. Pembimbing juga dapat berupa usaha-usaha pemberian remedial teaching dan pengayaan.

2.6 Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Guru adalah titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan latihan keguruan yang telah dialaminya.
Keberhasilan belajar mengajar antar alain ditentukan oleh kemampuan kepribadiannya. Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu mengembnagkan gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas. Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.
Hal-hal yang perlu dikuasai guru :
1.      guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan pengajarannya.
2.      Guru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya, menguasai strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan memberikan hal-hal yang bermakna bagi perkembangannya kelak.
Sedangkan Depdikbud (1980) telah merumuskan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, yaitu :
1.      Kemampuan Profesional, yang mencakup :
a.       Penguasaan materi pelajaran
b.      Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan
c.       Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.
2.      Kemampuan Sosial.
3.      Kemampuan Personal :
a.       Penampilan sikap
b.      Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai yang seyogyanya dimiliki guru
c.       Penampilan upaya menjadikan dirinya sebagai contoh bagi siswanya.
Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaannya dibedakan antara yang bersifat sentralisasi dan desentralisasi :
1.        Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
Disini guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi yang bersifat makro, mereka berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus, guru menyusun kurikulum dalam jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi tugas guru untuk menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran sesuai kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan memudahka guru dalam implementasinya.
2.        Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah punya kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada dikelola secara sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran dalam program tahunan/semester/satuan pengajaran, tetapi did alam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di dini guru juga bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

2.7  Komponen Pengembangan Kurikulum
Kerangka kerja pengembangan kurikulum bertujuan untuk membuat proses, implementasi, dan pengawasan (monitoring) kurikulum agar lebih mudah dikelola. Kegiatan ini terdiri dari Sembilan komponen, dan setiap komponen akan dijelaskan dalam uraian dan Gambar berikut.




Bagan diatas merupakan sebuah kerangka kerja konseptual untuk membantu sekolah dalam membuat keputusan praktis dan menyeluruh, dalam menghadapi tantangan bisnis untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Hal ini didasarkan atas prinsip manajemen yang sederhana dan efektif sebagai berikut :
Ø  Janganlah bekerja sampai terdapat konsep yang jelas tentang apa yang akan dilakukan.
Ø  Tetap menjaga kesederhanaan.
Ø  Buatlah tugas lebih banyak dibandingkan hanya satu kegiatan saja.
Ø  Berikan dukungan pada yang lain.
Ø  Buatlah dokumentasi yang berorientasi pada kegiatan.
Ø  Pastikan setiap orang mengerti bagaimana bekerja secara individu maupun kelompok, yang berhubungan dengan keseluruhan kerangka kerja yang dibuat,dan
Ø  Pastikan belajar dalam kelompok yang setidaknya memiliki kesamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar