Kamis, 16 September 2010

Dormansi Pada Biji Saga dan Flamboyan

I.   Judul Percobaan      : 
    Dormansi Pada Biji


II. Tujuan Percobaan : 
    Untuk mengetahui dormansi pada biji yang disebabkan oleh kulit biji yang keras secara mekanik dan kimia.


III. Tinjauan Teoritis :
     Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).
     Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).
     Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit keluar masuknya air kedalam benih (http://id.wikipedia.org,2010).

Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan sebagai berikut :
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara. 
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang - lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
3. Perusakan strophiole benih yang menyumbat tempat masuknya air.
4. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi.
5. Pemberian bahan kimia (Kartasapoetra, 2003).    

  Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. 

Berdasarkan faktor penyebab dormansi :
  •  Imposed dormansi (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.
  •            Imnate dormansi (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
Tipe dormansi :
1.    Immature embryo : Benih secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embrio belum masak walaupun biji sudah masak.
2.    Dormansi mekanis : Perkembangan embrio secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras.
3.    Dormansi fisis : Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji/buah yang impermeable.
4. Dormansi chemis : Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang  menghambat perkecambahan.
5.      Foto dormansi : Biji gagal berkecambah tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme biokimia fitokrom. 
      IV.  Alat dan Bahan
A.    Alat :
     - Petridish 5 buah
     -  Batu asah
 B. Bahan :
     - Kapas
     -  Larutan HCL 5% sebanyak 3 ml
     -  Biji Flamboyan (Delonix Regia) 








     -  Biji Saga (Abrus precatorius)











     I. Prosedur Kerja.
     A. Secara Fisik 
     a. Kikir atau asah biji pada bagian yang jauh dari embrio sampai kelihatan kotiledonnya
     b. Rendam biji dengan air baru mendidih sampai airnya dingin.
     c. Rendam biji dengan air destilat sampai 1 jam.
    d. Letakkan masing-masing kelompok biji di petridish, beri lebel, dan tempatkan ditempat gelap pada suhu kamar.
     e. Amati setiap hari selama 7-10 hari catat perkembangan perkecambahan. 
     
     B. Secara Kimia 
     a. Letakkan biji pada petridish yang telah diberi kapas lembab.
     b. Berikan tetesan HCL 5% pada biji sebanyak 3 ml.
     c. Letakkan pada tempat gelap pada suhu kamar.
     d. Setiap hari selama 7-10 hari catat perkembangan perkecambahan.

     II. Pembahsan.
         Keterangan :
         S : Biji saga                 x  : Tidak Tumbuh
         F : Biji Flamboyan


         




   

     Biji saga dan flamboyant yang direndam air panas.
           Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian perilaku fisik dan kimia terhadap pematahan dormansi biji flamboyan (Delonix rigea) dan biji saga (Abrus precatorius). Ada 5 macam perlakuan yang diberikan pada biji yaitu pengamplasan (pengikiran) pada bagian biji tempat keluarnya kotiledon yang merupakan perlakuan secara fisik dan perlakuan secara kimia dengan perendaman biji pada larutan yang berbeda-beda yaitu: Aquadest, direndam air panas, yang diberikan HCL 5% dan yang direndam dengan air destilat selama 1 jam.    
      1. Biji Saga 
         Pada biji saga tidak ada yang tumbuh atau berkecambah, tetapi beberapa biji dari perlakuan diatas mengalami pertumbuhan jamur, hal ini disebabkan mungkin karena suhu yang begitu rendah, sehingga tidak dapat mematah kan dormansi pada biji saga ini. Hal ini sangat tidak sesuai dengan literatur  yang ada yaitu seperti yang dikatakan : 
                                 -  literatur Justice dan Bass (1990) yang menyatakan bahwa dormansi pada hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan menyimpannya pada suhu 400C. 
                             -  literatur Thomson (1990) yang menyatakan bahwa benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan temperatur dimana suhunya antara 5o – 45o C. 
               - literatur Kartasapoetra (2003) yang menyatakan bahwa dormansi dapat diatasi dengan melakukan pemarutan atau penggoresan yaitu dengan menghaluskan kulit benih agar dapat dilalui air dan udara. Hal mungkin karena terjadinya kesalahan teknik dalam membuat perlakuan. 
      2.      Biji Flamboyan
              - Pada biji yang diberi perlakuan fisik dengan dikikir mengalami pertumbuhan jamur,seharusnya dengan cara pengikiran ini dapat terjadi pematahan dormansi .
              - Perlakuan dengan perendaman air panas tidak dapat mematahkan dormansi dari biji karena biji ini tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor pemberian air mendidih dan perendaman dengan waktu yang sebentar sehingga kulit luar belum lunak untuk dapat ditembus oleh air, yang kemudian biji ini mengalami pertumbuhan jamur pada hari ke 3 yang mungkin disebabkan oleh suhu yang begitu lembab. 
                          - Perlakuan dengan perendaman HCL 5% juga tidak mengalami pertumbuhan disebabkan karena biji yang berada dalam kondisi asam, maka akan mematikan pertumbuhan kotiledon begitu pula dalam kondisi dingin dimana biji akan sulit untuk tumbuh.
           - Perendaman dengan air biasa dalam hal ini aquadest tumbuh pada hari kelima dimana disertai juga tumbuhnya jamur, dan pada hari kedelapan pertumbuhan kecambahnya mencapai 3 cm panjangnya. Hal ini munkin disebabkan oleh keadaan anantomi biji yang baik.
          - Perendaman biji dengan menggunakan air destilat selama 1 jam, pada biji ini tidak mengalaminya pematahan dormansi sedikit pun, malah biji ditumbuhi oleh jamur. Hal ini mungkin disebabkan karena keadaan suhu yang sangat lembab sehingga pematahan dormansi tidak terjadi.
              Percobaan ini sedikit melenceng dari teori yang menyatakan bahwa sejumlah besar perlakuan diantaranya pemberian air panas dan pemberian asam sulfat efektif dalam mengurangi kandungan dalam biji keras. Pengikiran bertujuan untuk membuat kulit biji yang keras dan tebal, menjadi lebih tipis sehingga memudahkan imbibisi air, selain itu kotiledon akan lebih cepat keluar menembus kulit biji. Perlakuan dengan perendaman air panas bertujuan untuk memberikan suhu yang ekstrim pada biji sehingga kulit biji yang tebal dapat lebih mudah ditembus oleh kotiledon.   

      III. Kesimpulan 
             Berdasarkan dari hasil pengamatan, kesimpulan dari percobaan ini adalah :
           1.      Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
            2. Ada 2 cara yang dapat mematahkan dormansi yakni cara fisik dengan pengamplasan dan cara kimia dengan perendaman menggunakan air panas.
           3. Pengikiran bertujuan untuk membuat kulit biji yang keras dan tebal, menjadi lebih tipis sehingga memudahkan imbibisi air.
            4. Pada praktikum ini dormansi dapat dipatahkan pada perlakuan pemberian air aquadest, sedangkan perlakuan lain tidak dapat mematahkan dormansi.
      
      IV. Daftar Pustaka
              
http://id.wikipedia.org., 2010. Dormansi Biji. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.
            

http://gosipsoup.blogspot.com/2010/04/dormansi-biji-dan-benih.html. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta.

\Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta.
       
     







1 komentar: